Sosialisasi. Pada pertamanya ada dugaan besar lengan berkuasa bahwa anak yang dilahirkan didunia, ialah makhluk yang sama sekali membersihkan. Manusia yang ada sekitarnya akan membentuk anak tadi seperti bagaikan kertas putih membersihkan yang kemudian ditulisi kata dan kalimat. Hal ini menandakan bahwa individu yang lahir di dunia niscaya mengalami proses sosialisasi. Secara luas sosialisasi sanggup diartikan sebagai suatu proses dimana masyarakat masyarakat di didik untuk mengenal, memahami, mentatati dan menghargai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Soerjono, 1982: 140).
Menurut David A. Goslin, sosialisasi yaitu proses berguru yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dan norma-norma semoga ia sanggup berpartisipasi sebagai anggota dalam kelompok masyarakatnya.(Ihromi, 2004: 30).
Sosialisasi yaitu sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan hukum dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori terkena peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.
Jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu daerah tinggal dan daerah bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bahu-membahu menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal.
- Sosialisasi primer. Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan berguru menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung dikala anak berusia 1-5 tahun atau dikala anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara sedikit demi sedikit ia mulai bisa membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya. Dalam tahap ini, tugas orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting alasannya yaitu seorang anak melaksanakan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan anggota keluarga terdekatnya.
- Sosialisasi sekunder. Sosialisasi sekunder yaitu suatu proses sosialisasi lanjutan sehabis sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Bentuk-bentuknya yaitu resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang didiberi suatu identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama. Setiap kelompok masyarakat memiliki standar dan nilai yang tidak sama. contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak' di sekolah dengan di kelompok sepermainan tentu tidak sama. Di sekolah, misalnya, seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak pernah terlambat masuk sekolah. Sementara di kelompok sepermainan, seseorang disebut baik apabila solider dengan mitra atau saling memmenolong. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi. Kedua tipe sosialisasi tersebut yaitu sebagai diberikut.
- Formal Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam negara, ibarat pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
- Informal Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, ibarat antara kawan, sobat dekat, sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Sumber Referensi
http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi
0 komentar
Posting Komentar