Rabu, 12 Desember 2018

-Sejarah Sang Saka Merah Putih

| Bendera nasional Indonesia atau Bendera Pusaka adalah sebuah bendera berdesain sederhana dengan dua warna Yaitu Merah Dan Putih. Dan biasa disebut sebagai Sang Saka Merah Putih. Desain bendera dibentuk menurut bendera Majapahit pada masa ke-13, yang terdiri dari sembilan garis berwarna merah dan putih tersusun secara bergantian. Bendera Pusaka dijahit oleh istri Soekarno yaitu Fatmawati. 

Arti Warna Bendera Merah Putih

Bendera nasional Indonesia atau Bendera Pusaka  -Sejarah Sang Saka Merah Putih
Bendera Indonesia

Bendera Indonesia mempunyai makna filosofis. Merah berarti berani, putih berarti suci. Merah melambangkan badan manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan untuk Indonesia.

Sejarah Singkat Bendera Pusaka

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Sesudah pernyataan kemerdekaan tersebut, untuk pertama kalinya secara resmi Bendera Kebangsaan Merah Putih dikibarkan oleh Paskibraka Yang Dipimpin oleh Kapten Latief Hendraningrat. Sesudah dinaikkan, lagu Kebangsaan Indonesia Raya kemudian dinyanyikan secara bersama-sama.

Pada tahun pertama Revolusi Nasional Indonesia, Bendera Pusaka dikibarkan siang dan malam. Sesudah Belanda menguasai Jakarta pada 1946, Dan Kemudian Bendera Pustaka dibawa ke Yogyakarta dalam koper Soekarno. Ketika terjadi Operatie Kraai, Bendera didiberikan kepada Husein Mutahar untuk diamankan. Tak usang setelah Presiden menyerahkan Bendera Pusaka, Beliau ditangkap dan diasingkan oleh Belanda bersama Wapres beserta staf kepresidenan lainnya ke Muntok, Bangka Sumatera.

Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka tersebut terpaksa Bapak Husein Mutahar harus memisahkan antara bab yang merah serta putihnya. Akhirnya dengan menolongan Ibu Perna Dinata benang jahitan diantara Bendera tersebut berhasil dipisahkan. Selanjutnya kedua bab tersebut masing-masing di simpan sebagai dasar pada kedua tas Bapak Husein Mutahar yang selanjutnya tas tersebut diisi dengan pakaian serta perlengkapan eksklusif miliknya. alasannya yaitu pada ketika itu ia mempunyai fatwa bahwa setelah dipisah Bendera tersebut tidak lagi sanggup dikatakan Bendera alasannya yaitu spesialuntuk sebatas secarik kain. Hal ini dilakukan guna menghindari penyitaan dari pihak Belanda. Mutahar diharuskan untuk "menjaga bendera dengan nyawa". Walaupun kemudian ditangkap kemudian melarikan diri dari tentara Belanda, Mutahar berhasil membawanya kembali ke Jakarta,

Sekitar pertengahan bulan Juni 1948 Bapak Husein Mutahar mendapatkan diberita dari Bapak Soejono , isi pemdiberitahuan itu yakni adanya surat eksklusif Presiden pada dirinya yang pada pokoknya Presiden memerintahkan Bapak Husein Mutahar guna menyerahkan kembali Bendera Pusaka kepada Beliau dengan perantaraan Bapak Soejono yang selanjutnya Bendera Pusaka tersebut dibawa serta diserahkan kepada Presiden ditempat pengasingan (Muntok, Bangka). Sesudah mengetahui hal tersebut, dengan meminjam mesin jahit milik isteri seorang dokter, Bendera Pusaka yang terpisah menjadi dua bab tersebut disatukan kembali persis pada posisinya tiruanla, akan tetapi sekitar 2 cm dari ujung Bendera ada sedikit kesalahan jahit. Sesudah Didiberikan Bendera Pusaka Soedjono kemudian kemudian membawa ke Presiden Soekarno, yang berada dalam pengasingan di Bangka.

Sesudah perang berakhir, Bendera Pusaka selalu dinaikkan sekali di depan Istana Negara pada Hari Kemerdekaan. Namun alasannya yaitu kerapuhan bendera, semenjak tahun 1968, bendera yang dinaikkan di Istana Negara yaitu replika yang terbuat dari kain sutra.

Selamat Menyambut HUT Ke-71 Kemerdekaan RI ……………….. Merdeka…………..

Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/Bendera_Pusaka

0 komentar

Posting Komentar