Minggu, 18 Februari 2018

Administrasi Strategis

Manajemen Strategis. Olsen dan Eadie (1982:4) mendefinisikan administrasi strategis sebagai ”upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi, apa yang dikerjakan organisasi , dan mengapa organisasi mengerjakan hal menyerupai itu”.

Pada dasarnya ”manajemen strategis sama saja dengan administrasi lainnya. Ia berfungsi untuk merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan hal-hal strategis”( Husein Umar, 2002:13).

Manajemen seni administrasi sanggup didefinisikan sebagai suatu seni dalam merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan halhal strategis dengan memakai kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai suatu samasukan melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi yang paling menguntungkan.

Pandangan akan pentingnya administrasi strategis, pada pertama mulanya memang spesialuntuk berkembang di sektor privat. Hampir tiruana acara administrasi strategis di kala ini diseriuskan pada organisasi privat (Bryson, 1995:5).

Pemanfaatan administrasi strategis ke dalam organisasi sektor publik sendiri gres dimulai pada pertama tahun 1980-an (Quinn, 1980; Brucker, 1980 dalam Bryson, 1995:7). Sementara itu Keban (1995:8) mengemukakan bahwa penerapan administrasi strategis sebagai strategic planning belum menjadi suatu tradisi bagi birokrasi. Sedangkan dalam rangka mempersembahkan pelayanan kepada publik yang lebih baik di masa menhadir,

Proses administrasi startegis berdasarkan Bryson and Roring (1987:10) mencakup delapan langkah, yaitu :
  1. Memprakarsai dan menyepakati suatu proses perencanaan strategis. Tujuan langkah pertama yaitu menegosiasikan komitmen dengan orang-orang penting pembuat keputusan (decision maker) atau pembentuk opini (opinion leader) internal (dan mungkin eksternal) tentang seluruh upaya perencanaan strategis dan langkah perencanaan yang terpenting.
  2. Mengidentifikasi mandat organisasi. Mandat formal dan informal yang ditempatkan pada organisasi yaitu “keharusan” yang dihadapi organisasi.
  3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi. Misi organisasi yang berkaitan bersahabat dengan mandatnya, menyediakan raison de^etre-nya, pembenaran sosial bagi keberadaannya.
  4. Menilai lingkungan eksternal : peluang dan ancaman. Mengeksplorasi lingkungan di luar organisasi untuk mengidentifikasi peluang dan bahaya yang dihadapi organisasi.
  5. Menilai lingkungan internal : kekuatan dan kelemahan. Untuk mengenali kekuasaan dan  kelemahan internal, organisasi sanggup memantau sumber daya (inputs), seni administrasi kini (process), dan kinerja (outputs).
  6. Mengidentifikasi gosip strategis yang dihadapi organisasi. Isu strategis mencakup konflik satu jenis dan lainnya. Konflik sanggup menyangkut tujuan (apa), cara (bagaimana), filsafat (mengapa), kawasan (dimana), waktu (kapan), dan kelompok yang mungkin diuntungkan atau tidak  diuntungkan oleh cara-cara yang tidak sama dalam pemecahan gosip (siapa).
  7. Merumuskan seni administrasi untuk mengelola isu-isu. Strategi didefinisikan sebagai teladan tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan, atau alokasi sumber daya yang menegaskan bagaimana organisasi, apa yang dikerjakan organisasi, mengapa organisasi harus melaksanakan hal tersebut.
  8. Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan. Langkah terakhir dari proses administrasi strategis yaitu membuatkan deskripsi terkena bagaimana seharusnya organisasi itu sehingga berhasil mengemplementasikan strateginya dan mencapai seluruh potensinya.
.

0 komentar

Posting Komentar